MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR ALBERT BANDURA
OLEH
:
1. Laily
Febriana Tisni (E1M010022)
2. Nabilah
(E1M010023)
3. Maulani
Dwi Purnamasari (E1M010025)
4. Pathul
Mubin (E1M010030)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan mekalah ini dengan baik. penyusun mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang sudah berkenan membantu dalam penyusunan makalah ini, di antaranya pada :
1. Dr.Yayuk Andayani, M.Si. yang sudah berkenan memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini,
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
3. Semua pihak yang sudah membantu penyelesaian makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun berharap adanya kritikan dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Teori
Albert
Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning
Theory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada
komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi
yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi
diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif
serta factor pelaku memainkan
peran penting dalam
pembelajaran.
Faktor
kognitif
berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu
perancang teori kognitif social. Menurut
Bandura
ketika
siswa belajar
mereka dapat merepresentasikan
atau mentrasformasi pengalaman mereka
secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor
lingkungan mempengaruhi
perilaku, perilaku
mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak
punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan
penting. Menurut
Bandura,individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi
tantangan. Individu
tidak
merasa
ragu karena ia
memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan
dirinya.
Individu ini
menurut Bandura akan
cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Menurut
Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model
merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkaitan antara kognitif, perilaku dan
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh
pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan
dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain
judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare
Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya
dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949
beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan
psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan
program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di
Standford University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran
untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada
tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima
anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific
contribution pada tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura
bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan
tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai
meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura
berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting
yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat
terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran
behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman,
dan evaluasi.
B. Teori
Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial merupakan
perluasan dari teori belajar behavioristik. Teori pembelajaran social ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip – prinsip teori–teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak
penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses
– proses mental internal. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak
didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh
stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa
lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ;
lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu
melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, “sebagian besar manusia belajar
melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti
dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini
merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui
pengamatan :
·
Pertama ,pembelajaran melalui
pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain.
Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan
ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
Kejadian
ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain.
·
Kedua, pembelajaran melalui
pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan
positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model
itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan
mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa
yang dipelajari itu.
Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
Seperti pendekatan teori pembelajaran
terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan
yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia
adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk
menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori
sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini
muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi
dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, ketika melihat tingkah laku orang
lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
C. Teori Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941, dua orang ahli
psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya
mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang
ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “pembelajaran social
“ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh
tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita
tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia
dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh, dan tingkah laku.
Albert
Bandura dan Richard Walters telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang
juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa
peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku orang yang ditiru, meskipun pengamatan itu tidak dilakukan
terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau
pembelajaran melalui pengamatan.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor
dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Dalam teori ini beliau telah menjalankan
kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka
menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil
menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain
di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang
dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu :
1.
Meniru
secara langsung,yaitu meniru perilaku yang ditunjukkan oleh model melalui
proses perhatian.
Contohnya : guru membuat demostrasi cara membuat
kapal terbang kertas dan pelajar meniru
secara langsung.
2. Proses peniruan secara tidak langsung,yaitu peniruan yang
diperoleh melalui imajinasi atau secara tidak langsung.
Contohnya : anak-anak memerhatikan cara gurunya
mengajar.
D. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social,
perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara
rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu
:
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus
memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi
perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
Contohnya, seorang siswa yang tidak percaya
diri dengan hasil belajarnya,sehingga saat ulangan ia mencontek jawaban
temannya yang lebih pintar.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek
yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini
membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini.
3)
Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek
juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam
bentuk tingkah laku.
Contohnya : menyelesaikan
soal. Jadi setelah
siswa memperhatikan cara gurunya menyelesaikan soal di papan tulis dan
menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang
diamatinya,yaitu siswa mengerjakan soal sesuai dengan cara yang sudah
dicontohkan gurunya tadi. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari
mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4)
Motivasi
Motivasi
juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu
untuk terus melakukan sesuatu.
Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang
telah dimodelkan.
E. Ciri – ciri
teori Pemodelan Bandura
1. Unsur
pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2. Tingkah laku
model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3. Pelajar
meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4. Pelajar
memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5. Proses
pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau
timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
F. Eksperimen
Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo
Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini
menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan
dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa
aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru
dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang maksimal kepada
pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang
dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan
lebih agresif
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang
dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan /
permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif
dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
G. Jenis – jenis
Peniruan (modelling)
1. Peniruan
Langsung
Ciri khas
pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang
mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu
dilakukan.Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian.
Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak
Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau
perhatian secara tidak langsung.
Contoh : Meniru watak yang dibaca
dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan
Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan
tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis
dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan
Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi
tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV,
tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi
apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau
teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.
Tingkat tertinggi belajar dari
pengamatan diperoleh dengan cara menyusun sejak awal dan mengulangi perilaku
secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan
cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar
daripada hanya melihat saja.
contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan
pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh
para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika
gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah
yang ditulis dalam buku panduan.
2. Individu
lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan
menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta
perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan
antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif,
dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada
penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi
pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status
social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat
imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa.
Anak – anak juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam
jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung imitasi model yang
dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri
model dengan observernya.
H. Kelemahan
Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura
sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena,
teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan
adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami
sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar
atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ),
sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini
juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
I. Kelebihan
Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap
dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan
dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus
( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih
ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation (
peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya
penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini
berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social
dan kognitif.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Teori Belajar Sosial ,
dikembangkan oleh Albert Bandura untuk menjelaskan bagaimana seseorang
mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya.
2.
tingkah laku
lingkungan dan kejadian – kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi
persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.
Ø
Belajar merupakan interaksi segitiga yang
saling berpengaruh dan mengikat antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses
kognitif belajar.
Ø
komponen-komponen belajar
terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses
kognitif pembelajar.
hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
Ø
dalam perencanaan pembelajaran
skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen
skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory”
pembelajar.
Ø dalam proses pembelajaran, pembelajar
sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum
latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.